tag:blogger.com,1999:blog-522866474032335372024-03-13T07:50:34.445-07:00Cerita Sumatra utaraMorianto Pakpahanhttp://www.blogger.com/profile/12673283337934657882noreply@blogger.comBlogger7125tag:blogger.com,1999:blog-52286647403233537.post-86763103002946793442012-05-24T18:46:00.001-07:002012-05-24T18:46:15.862-07:00Prajurit Sintong Panjaitan<a href="" name="8534927521032869736"></a>
<h1 class="post-title entry-title">
<a href="http://batak.blogspot.com/2010/12/sintong-panjaitan-perjalanan-seorang.html" title="Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando">Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando</a>
</h1>
<div class="ins1">
<a href="http://www.facebook.com/sharer.php?u=http%3A%2F%2Fbatak.blogspot.com%2F2010%2F12%2Fsintong-panjaitan-perjalanan-seorang.html&t=BATAK%20%7C%20Sintong%20Panjaitan%3A%20Perjalanan%20Seorang%20Prajurit%20Para%20Komando&src=sp" name="fb_share" style="text-decoration: none;" type="box_count"><span class="fb_share_size_Small fb_share_count_wrapper"><span></span><span class="fb_share_count_nub_top "></span><span class="fb_share_count fb_share_count_top"><span class="fb_share_count_inner">100</span></span><span class="FBConnectButton FBConnectButton_Small" style="cursor: pointer;"><span class="FBConnectButton_Text">Share</span></span></span></a><br />
<a href="http://www.lintasberita.com/kirimmedia/url:http://batak.blogspot.com/2010/12/sintong-panjaitan-perjalanan-seorang.html"><img border="0" height="40" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjWagf3GkeM0kLeQcS9H_xy7HaJJbeZFYDKcYiE7rzhq9l-24zQbuWi-mkH10Pat7wl2TTMqqC-hgwuxWewUOyQV8Up_tYL2429-aGhuPZJuoH0edPAin757mzQK2fwq3nsLMJtI7T3MBk/s1600/lintas.gif" target="_blank" title="Lintas Beritakan Loker Lowongan Kerja" width="40" /></a>
</div>
<div class="ins2">
</div>
<h1>
<a href="http://batak.blogspot.com/2010/12/sintong-panjaitan-perjalanan-seorang.html" rel="tag" title="ORANG BATAK HEBAT - Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando"><strong>ORANG BATAK HEBAT - Sintong Panjaitan: Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando</strong></a></h1>
<a href="http://batak.blogspot.com/" title="BATAK"><strong>BATAK</strong></a><strong>
- Buku ini mengisahkan pengalaman tempur sebagai anggota Pasukan Baret
Merah terjun di Sulawesi Selatan, Papua dan Kalimantan Barat. Taktik dan
strategi militer di lapangan yang berhasil. Juga catatan menarik dalam
drama pembajakan pesawat DC-9 “Woyla” di Thailand. Pengalaman dengan
kapten Prabowo Subianto yang menjadi bawahan dia di Kopassus, diulas
lengkap. Mulai dari pembangkangan Prabowo saat akan dipindah ke batalyon
kostrad, hingga rencana Prabowo menculik Jendral L.B. Moedani - untuk
mengagalkan rencana Moerdani meng-kudeta Soeharto- dan menteri kabinet
pada bulan maret 1983 yang berpotensi menggagalkan SU MPR. Plot yang
dinilai Sintong sebagai mirip dengan Cakrabirawa dan G30S tahun 1965.</strong> <br />
<img align="left" alt="Letjen Sintong Hamonangan Panjaitan" border="0" src="http://img593.imageshack.us/img593/144/letjendsintonghamonanga.jpg" style="border-bottom-width: 0px; border-left-width: 0px; border-right-width: 0px; border-top-width: 0px; display: inline; margin: 0px 10px 0px 0px;" title="Letjen Sintong Hamonangan Panjaitan" />Siapa
pihak yang paling bertanggung jawab atas kasus penculikan aktivis
prodemokrasi era 1997-1998 silam, mungkin bagi keluarga korban
penculikan sedikit terkuak. Mantan Pangdam Udayana Letjen (Purn) <strong>Sintong</strong> <strong>Hamonangan</strong> <strong><a href="http://batak.blogspot.com/2010/12/sintong-panjaitan-perjalanan-seorang.html" rel="tag" title="BATAK - PANJAITAN">Panjaitan</a></strong> dalam bukunya “Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando” mengakui prajurit TNI sangat profesional dan taat perintah atasan. <br />
Buku
ini diluncurkan di Balai Sudirman, Jl Saharjo, Jakarta Selatan, Rabu
(11/3/2009). Dalam bukunya yang setebal 520 halaman, khususnya di bab 13
tentang Peristiwa Maret 1983 di Mako Kopassandha dan Penculikan Aktivis
pada Mei 1998, halaman 466, <strong>Sintong</strong> sedikit mengulas
kasus yang saat ini masih diselidiki Komisi Nasional Hak Asasi Manusia
(Komnas HAM) itu. Bahkan dalam buku yang disusun wartawan perang senior
Hendro Soebroto ini, <strong>Sintong</strong> diacungi jempol sejumlah
kalangan. Misalnya dalam sambutannya, Menhan Juwono Sudarsono
menuliskan, buku yang merupakan pengalaman dan pandangan <strong>Sintong</strong>
sekitar peristiwa Mei 1998 ini akan memperkaya khasanah riset tentang
perubahan politik di Indonesia saat itu. Pengamat militer, wartawan
senior, dan mantan militer menilai buku ini adalah memoar purnawirawan
TNI yang sangat jarang dibuat. <br />
Selain itu buku tersebut juga
bisa menjadi pustaka yang bisa menjawab teka-teki yang agak terang
tentang misteri yang terjadi di kalangan TNI, seperti segitiga BJ
Habibie-Wiranto-Prabowo, kasus penculikan aktivis prodemokrasi, dan
seputar lengsernya Soeharto. <strong>Sintong</strong> merasakan peristiwa itu (kasus penculikan) merupakan pengalaman terpahit dalam sejarah TNI. <br />
<strong>Sintong</strong>
berharap, kasus serupa jangan terulang kembali. Kasus ini menurutnya
harus yang pertama dan terakhir dalam sejarah kelam Korps Baret Merah
itu. “Jangan sampai anak buah kita sendiri yang melaksanakan atasan
secara legal diadili,” tulisnya mewanti-wanti. <br />
<strong>Sintong</strong>
sangat terpukul atas kasus penculikan yang terungkap di era Presiden
Habibie itu. Sebab dialah yang paling tahu dan paham tentang anggota
Detasemen 81/Anti Teror atau Tim Mawar yang merupakan pasukan andalan di
Kopassus. <br />
“Mereka dipilih dari pasukan infanteri terbaik untuk
dididik dan dilatih menjadi Kopassus, di antaranya dipilih masuk Den
81/Anti Teror. Ternyata dalam melaksanakan tugas demi kesetiaan kepada
negara dan bangasa, mereka harus masuk penjara,” ungkapnya kecewa. <br />
Padahal, lanjut <strong>Sintong</strong>
dalam bukunya itu, para prajurit yang diadili itu secara taktis dan
teknis tidak melakukan kesalahan dalam melaksanakan tugasnya. “Mereka
hanya sebagai prajurit yang melaksanakan perintah atasan secara
profesional. Mengapa TNI harus menghukum mereka?” tanyanya. <br />
<strong>Sintong</strong>
secara panjang lebar menjelaskan tentang dua macam tugas dalam
organisasi militer, yaitu tugas perintah langsung dari atasan ke bawah
dan tugas atas inisiatif sendiri. Memang dalam mengambil inisiatif
sendiri, seorang prajurit di bawah ketika akan melakukan dan setelah
melakukan tugas inisiatifnya harus segera meminta izin atau melaporkan
ke pimpinannya. <br />
“Dalam hal ini Prabowo (mantan Danjen Kopassus
Letjen (Purn) Prabowo Soebianto) harus melaporkan kegiatan itu kepada
Panglima ABRI,” katanya. Baru setelah tugas itu dilaporkan, berarti
pimpinannya yang mengambilalih tanggung jawab tersebut. <br />
Namun,
ternyata operasi penculikan itu tidak pernah dilaporkan Prabowo kepada
KSAD yang saat itu dijabat Jenderal TNI Wiranto dan Panglima ABRI
Jenderal TNI Feisal <a href="http://batak.blogspot.com/2003/11/chairul-tanjung.html" rel="tag" title="BATAK - TANJUNG">Tanjung</a>. <br />
Hal
ini juga telah diakui Prabowo dalam sidang Dewan Kehormatan Perwira
(DKP) yang diketuai mantan KSAD Jenderal (Purn) Subayio HS, wakilnya
mantan KASUM ABRI Letjen (Purn) Fachrul Razi, Irjen Dephankam Letjen
(Purn) Yusuf Kartanegara. Anggota DKP di antaranya Kassospol yaitu SBY
yang saat ini menjadi Presiden RI, Agum Gumelar (Gubernur Lemhanas),
Djamari Chaniago (Pangkostrad) dan Achmad Sutjipto (Danjen AKABRI). <br />
Diungkapkan <strong>Sintong</strong>,
menjelang Pemilu 1997 dan Sidang Umum 1998, Danjen Kopassus yang saat
itu dijabat Prabowo Soebianto menilai perlu ada langkah preventif
terhadap kegiatan radikal. Prabowo memberikan perintah lisan kepada
Komandan Karsayudha 42/Sandiyudha, Mayor Bambang Kristiono sebagai
Komandsan Satgas Merpati untuk mengumpulkan data kegiatan kelompok
radikal yang akan menggangu stabilitas nasional. <br />
Atas perintah
lisan itu, Bambang Kristino membentuk Tim Mawar yang berjumlah 10 orang
perwira dan bintara dari Den 81/Anti Teror dengan tugas secara rahasia
dengan metode hitam atau undercover (samaran). Setelah adanya kasus
peledakan di rumah susun Tanah Tinggi, Tanah Abang, Jakarta Pusat, Tim
Mawar ini lebih meningkatkan kinerjanya. <br />
Setelah melakukan
pengumpulan data intelijen siapa pelaku kasus peledakan itu dan khawatir
adanya peningkatan kegiatan kelompok radikal lalu diadakan
penangkapan-penangkapan. Penangkapan dilakukan dengan memperhatikan
ketentuan bahwa pelaku belum berkeluarga, jenis kelamin pria yang belum
terkenal tapi memiliki intesitas kegiatan yang menonjol, tugas sendiri
dilakukan dalam suasana tertib sipil. <br />
Menurut <strong>Sintong</strong>,
secara organisai Prabowo memang tidak memiliki wewenang operasional,
tapi secara moral hal itu dilakukannya atas pertimbangan menyelamatkan
bangsa dan negara dari ancaman. Dalam lingkungan ABRI (TNI) sering
terjadi tindakan spontan untuk menyelamatkan negara dan bangsa, itupun
jika ada ancaman nyata. <br />
Namun, pelaksananya harus dilakukan
secara hirarki sesuai prosedur militer yang berlaku. “Jika tidak
demikian, hal itu akan menimbulkan masalah di kemudian hari,” jelas <strong>Sintong</strong>. <br />
Sayangnya, dalam buku ini <strong>Sintong</strong>
tidak menjelaskan tentang motif kenapa Prabowo bisa melakukan tindakan
insiatif tersebut, apakah semata-mata untuk menyelamatkan bangsa dan
negara atau memang atas perintah atasannya lagi? Seperti kita ketahui
dalam sidang Mahkamah Militer, Bambang Kristiono dihukum 10 bulan
penjara dan dipecat. Empat perwira juga dihukum satu tahun penjara dan
dipecat, sedangkan tiga perwira dan tiga bintara lainnya dihukum satu
tahun penjara.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;">Cerita ini ditulis oleh:Morianto pakpahan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;">Facebook : <a href="http://yuki%2Ezhuyieng@facebook.com/"> morianzs</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;">Email :<a href="mailto:morianzsqyuzui12@yahoo.com">Morianzs</a></span></div>Morianto Pakpahanhttp://www.blogger.com/profile/12673283337934657882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-52286647403233537.post-44790029088040158832012-05-24T18:42:00.004-07:002012-05-24T18:42:52.754-07:00Batu Gantung<div id="header">
<h3 id="blog-title">
<a href="http://rapolo.wordpress.com/" title="BATAK">BATAK</a></h3>
<h3>
</h3>
<div id="blog-description">
<h3>
Adat Istiadat Budaya Batak Bonapasogit</h3>
</div>
</div>
<h3>
</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
</h3>
<div class="navigation" id="nav-above">
<h3>
<br /></h3>
</div>
<h3>
</h3>
<h3>
</h3>
<h3 class="entry-title">
Batu Gantung-Parapat</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
</h3>
<h3 style="text-align: justify;">
Parapat atau Prapat adalah sebuah kota
kecil yang berada di wilayah Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara,
Indonesia. Kota kecil yang terletak di tepi Danau Toba ini merupakan
tujuan wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan domestik maupun
mancanegara. Kota ini memiliki keindahan alam yang sangat mempesona dan
didukung oleh akses jalan transportasi yang bagus, sehingga mudah untuk
dijangkau.<span id="more-169"></span></h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Kota ini sering digunakan sebagai tempat singgah oleh para wisatawan
yang melintas di Jalan Raya Lintas Sumatera (Jalinsum) bagian barat yang
menghubungkan Kota <a class="navigation" href="http://rapolo.wordpress.com/category/kota/sejarah-kota-medan/" target="_blank" title="Medan">Medan</a>
dengan Kota Padang. Selain sebagai objek wisata yang eksotis, Parapat
juga merupakan sebuah kota yang melegenda di kalangan masyarakat di
Sumatera Utara. Dahulu, kota kecil ini merupakan sebuah pekan yang
terletak di tepi <a class="navigation" href="http://rapolo.wordpress.com/category/legenda/danau-toba-legenda/" target="_blank" title="Danau Toba">Danau Toba</a>. Setelah terjadi suatu peristiwa yang sangat mengerikan, tempat itu oleh masyarakat diberi nama Parapat atau Prapat.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Dalam peristiwa itu, muncul sebuah batu yang menyerupai manusia yang
berada di tepi Danau Toba. Menurut masyarakat setempat, batu itu
merupakan penjelmaan seorang gadis cantik bernama Seruni. Peristiwa apa
sebenarnya yang pernah terjadi di pinggiran kota kecil itu? Kenapa gadis
cantik itu menjelma menjadi batu? Ingin tahu jawabannya? Ikuti
kisahnya dalam cerita Batu Gantung berikut ini!.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Alkisah,di sebuah desa terpencil di pinggiran Danau Toba Sumatera
Utara, hiduplah sepasang suami-istri dengan seorang anak perempuannya
yang cantik jelita bernama Seruni. Selain rupawan, Seruni juga sangat
rajin membantu orang tuanya bekerja di ladang. Setiap hari keluarga
kecil itu mengerjakan ladang mereka yang berada di tepi Danau Toba, dan
hasilnya digunakan untuk mencukupikebutuhan sehari-hari.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Pada suatu hari, Seruni pergi ke ladang seorang diri, karena kedua
orang tuanya ada keperluan di desa tetangga. Seruni hanya ditemani oleh
seekor anjing kesayangannya bernama si Toki. Sesampainya di ladang,
gadis itu tidak bekerja, tetapi ia hanya duduk merenung sambil
memandangi indahnya alam Danau Toba.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Sepertinya ia sedang menghadapi masalah yang sulit dipecahkannya.
Sementara anjingnya, si Toki, ikut duduk di sebelahnya sambil menatap
wajah Seruni seakan mengetahui apa yang dipikirkan majikannya itu.
Sekali-sekali anjing itu menggonggong untuk mengalihkan perhatian sang
majikan, namun sang majikan tetap saja usik dengan lamunannya.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Memang beberapa hari terakhir wajah Seruni selalu tampak murung. Ia
sangat sedih, karena akan dinikahkan oleh kedua orang tuanya dengan
seorang pemuda yang masih saudara sepupunya. Padahal ia telah menjalin
asmara dengan seorang pemuda pilihannya dan telah berjanji akan membina
rumah tangga yang bahagia. Ia sangat bingung. Di satu sisi ia tidak
ingin mengecewakan kedua orang tuanya, dan di sisi lain ia tidak sanggup
jika harus berpisah dengan pemuda pujaan hatinya. Oleh karena merasa
tidak sanggup memikul beban berat itu, ia pun mulai putus asa.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Ya, Tuhan! Hamba sudah tidak sanggup hidup dengan beban ini,” keluh
Seruni. Beberapa saat kemudian, Seruni beranjak dari tempat duduknya.
Dengan berderai air mata, ia berjalan perlahan ke arah Danau Toba.
Rupanya gadis itu ingin mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau
Toba yang bertebing curam itu.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Sementara si Toki, mengikuti majikannya dari belakang sambil
menggonggong. Dengan pikiran yang terus berkecamuk, Seruni berjalan ke
arah tebing Danau Toba tanpa memerhatikan jalan yang dilaluinya. Tanpa
diduga, tiba-tiba ia terperosokke dalam lubang batu yang besar hingga
masuk jauh ke dasar lubang. Batu cadas yang hitam itu membuat suasana di
dalam lubang itu semakin gelap. Gadis cantik itu sangat ketakutan. Di
dasar lubang yang gelap, ia merasakan dinding-dinding batu cadas itu
bergerak merapat hendak menghimpitnya.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Tolooooggg……! Tolooooggg……! Toloong aku, Toki!” terdengar suara Seruni meminta tolong kepada anjing kesayangannya.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Si Toki mengerti jika majikannya membutuhkan pertolongannya, namun ia
tidak dapat berbuat apa-apa, kecuali hanya menggonggong di mulut
lubang. Beberapa kali Seruni berteriak meminta tolong, namun si Toki
benar-benar tidak mampu menolongnnya. Akhirnya gadis itu semakin putus
asa.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Ah, lebih baik aku mati saja daripada lama hidup menderita,” pasrah Seruni.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Dinding-dinding batu cadas itu bergerak semakin merapat. “Parapat!
Parapat batu… Parapat!” seru Seruni menyuruh batu itu menghimpit
tubuhnya..</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Sementara si Toki yang mengetahui majikannya terancam bahaya terus
menggonggong di mulut lubang. Merasa tidak mampu menolong sang majikan,
ia pun segera berlari pulang ke rumah untuk meminta bantuan. Sesampai di
rumah majikannya, si Toki segera menghampiri orang tua Seruni yang
kebetulan baru datang dari desa tetangga berjalan menuju rumahnya.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki menggonggong sambil mencakar-cakar
tanah untuk memberitahukan kepada kedua orang tua itu bahwa Seruni dalam
keadaan bahaya.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Toki…, mana Seruni? Apa yang terjadi dengannya?” tanya ayah Seruni kepada anjing itu.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Auggg…! auggg…! auggg…!” si Toki terus menggonggong berlari mondar-mandir mengajak mereka ke suatu tempat.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Pak, sepertinya Seruni dalam keadaan bahaya,” sahut ibu Seruni.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Ibu benar. Si Toki mengajak kita untuk mengikutinya,” kata ayah Seruni.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Tapi hari sudah gelap, Pak. Bagaimana kita ke sana?” kata ibu Seruni.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Ibu siapkan obor! Aku akan mencari bantuan ke tetangga,” seru sang
ayah. Tak lama kemudian, seluruh tetangga telah berkumpul di halaman
rumah ayah Seruni sambil membawa obor. Setelah itu mereka mengikuti si
Toki ke tempat kejadian. Sesampainya mereka di ladang, si Toki langsung
menuju ke arah mulut lubang itu. Kemudian ia menggonggong sambil
mengulur-ulurkan mulutnya ke dalam lubang untuk memberitahukan kepada
warga bahwa Seruni berada di dasar lubang itu.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Kedua orang tua Seruni segera mendekati mulut lubang. Alangkah
terkejutnya ketika mereka melihat ada lubang batu yang cukup besar di
pinggir ladang mereka. Di dalam lubang itu terdengar sayup-sayup suara
seorang wanita: “Parapat… ! Parapat batu… Parapat!”</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Pak, dengar suara itu! Itukan suara anak kita! seru ibu Seruni panik.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Benar, bu! Itu suara Seruni!” jawab sang ayah ikut panik.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Tapi, kenapa dia berteriak: parapat, parapatlah batu?” tanya sang ibu.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Entahlah, bu! Sepertinya ada yang tidak beres di dalam sana,” jawab sang ayah cemas.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Pak Tani itu berusaha menerangi lubang itu dengan obornya, namun
dasar lubang itu sangat dalam sehingga tidak dapat ditembus oleh cahaya
obor.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Seruniii…! Seruniii… !” teriak ayah Seruni.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Seruni…anakku! Ini ibu dan ayahmu datang untuk menolongmu!” sang ibu ikut berteriak.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Beberapa kali mereka berteriak, namun tidak mendapat jawaban dari
Seruni. Hanya suara Seruni terdengar sayup-sayup yang menyuruh batu itu
merapat untuk menghimpitnya.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Parapat… ! Parapatlah batu… ! Parapatlah!”</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Seruniiii… anakku!” sekali lagi ibu Seruni berteriak sambil menangis histeris.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Warga yang hadir di tempat itu berusaha untuk membantu. Salah seorang
warga mengulurkan seutas tampar (tali) sampai ke dasar lubang, namun
tampar itu tidak tersentuh sama sekali. Ayah Seruni semakin khawatir
dengan keadaan anaknya. Ia pun memutuskan untuk menyusul putrinya terjun
ke dalam lubang batu.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Bu, pegang obor ini!” perintah sang ayah.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Ayah mau ke mana?” tanya sang ibu.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Aku mau menyusul Seruni ke dalam lubang,” jawabnya tegas.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Jangan ayah, sangat berbahaya!” cegah sang ibu.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
“Benar pak, lubang itu sangat dalam dan gelap,” sahut salah seorang warga.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Akhirnya ayah Seruni mengurungkan niatnya. Sesaat kemudian, tiba-tiba
terdengar suara gemuruh. Bumi bergoyang dengan dahsyatnya seakan hendak
kiamat. Lubang batu itu tiba-tiba menutup sendiri. Tebing-tebing di
pinggir Danau Toba pun berguguran. Ayah dan ibu Seruni beserta seluruh
warga berlari ke sana ke mari untuk menyelamatkan diri. Mereka
meninggalkan mulut lubang batu, sehingga Seruni yang malang itu tidak
dapat diselamatkan dari himpitan batu cadas.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Beberapa saat setelah gempa itu berhenti, tiba-tiba muncul sebuah
batu besar yang menyerupai tubuh seorang gadis dan seolah-olah
menggantung pada dinding tebing di tepi Danau Toba. Masyarakat setempat
mempercayai bahwa batu itu merupakan penjelmaan Seruni yang terhimpit
batu cadas di dalam lubang. Oleh mereka batu itu kemudian diberi nama
“Batu Gantung”.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Beberapa hari kemudian, tersiarlah berita tentang peristiwa yang
menimpa gadis itu. Para warga berbondong-bondong ke tempat kejadian
untuk melihat “Batu Gantung” itu. Warga yang menyaksikan peristiwa itu
menceritakan kepada warga lainnya bahwa sebelum lubang itu tertutup,
terdengar suara: “Parapat… parapat batu… parapatlah!”Oleh karena kata
“parapat” sering diucapkan orang dan banyak yang menceritakannya, maka
Pekan yang berada di tepi Danau Toba itu kemudian diberi nama “Parapat”.</h3>
<h3>
</h3>
<h3>
Parapat kini menjadi sebuah kota kecil salah satu tujuan wisata yang
sangat menarik di Provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Demikian cerita
tentang asal-usul nama kota prapat. Cerita di atas termasuk cerita
rakyat teladan yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan
sebagai pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan moral yang
dapat dipetik dari cerita di atas adalah akibat buruk dari sifat putus
asa atau lemah semangat. Sifat ini tercermin pada sikap dan perilaku
Seruni yang hendak mengakhiri hidupnya dengan melompat ke Danau Toba
yang bertebing curam, namunia justru terperosok ke dalam lubang batu dan
menghimpitnya hingga akhirnya meninggal dunia.</h3>
<h3>
</h3>
<div style="text-align: justify;">
<h3>
</h3>
<h3>
<span style="font-size: xx-small;">Cerita ini ditulis oleh:Morianto pakpahan</span></h3>
</div>
<h3>
</h3>
<div style="text-align: justify;">
<h3>
</h3>
<h3>
<span style="font-size: xx-small;">Facebook : <a href="http://yuki%2Ezhuyieng@facebook.com/"> morianzs</a></span></h3>
</div>
<h3>
</h3>
<div style="text-align: justify;">
<h3>
</h3>
<h3>
<span style="font-size: xx-small;">Email :<a href="mailto:morianzsqyuzui12@yahoo.com">Morianzs</a></span></h3>
</div>
<h3>
</h3>Morianto Pakpahanhttp://www.blogger.com/profile/12673283337934657882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-52286647403233537.post-23986118604221823242012-05-24T18:38:00.002-07:002012-05-24T18:38:42.254-07:00Batak Karo<br />
<div class="metasingle">
<span class="postDate">Jum'at, Mei 25th, 201</span><span class="postAuthor">2</span> </div>
<h1 class="singlePageTitle">
Cerita Guru Saman Seorang Jagoan Batak Dari Karo</h1>
<div style="float: right; height: 250px; padding: 2 0px 0px 0; width: 300px;">
<ins style="border: none; display: inline-table; height: 250px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 300px;"><ins id="aswift_1_anchor" style="border: none; display: block; height: 250px; margin: 0; padding: 0; position: relative; visibility: visible; width: 300px;"></ins></ins>
</div>
Cerita<strong> Guru Saman</strong> kurang begitu tersiar dihalayak umum, khususnya bagi <strong>orang Batak</strong>
baik berada di kota maupun yang di huta. Kurang tau penyebabnya apa,
mungkin saja salah satu alasannya cerita yang konon adalah kejadian
nyata dari cerita pengakuan orangtua dulu, bahwa semua karakter <strong>Guru Saman</strong> yang tidak manusiawi. Pembunuh, preman habis dan urak-urakan.<span id="more-3709"></span><br />
Mendengar nama <strong>Guru Saman</strong>, masyarakat begitu
menyegani sekaligus sangat membencinya. Banyak yang menghindar apabila
melihat apalagi mendekati Guru Saman, karena perbuatannya yang
semena-mena jagoan inipun tidak segan-segan untuk berbuat kasar bahkan
membunuh semua orang yang dia benci.<br />
Guru Saman, dia adalah seorang turunan Lau Balang yang berasal dari <a href="http://www.gobatak.com/ayo-mengenal-buah-biwa/" title="buah biwa dari tanah karo">Tanah Karo</a>.
Semasa remajanya, Guru Saman belajar ilmu silat (moncak Batak), ilmu
kebal tikam dan ilmu hitam lainnya yang didapatkannya dari seorang guru
kebatinan. Setelah semua ilmu yang diajarkan gurunya dikuasai, mulailah
muncul niat Guru Saman untuk merantau meninggalkan<a href="http://www.gobatak.com/one-night-with-the-refugees-sinabung-mountains/" title="gunung sinabung"> tanah Karo</a>
menuju Tanah Tapanuli. Dengan ilmu yang dia miliki membuat dirinya
sangat berani kemana saja dihendaki. Bahkan dengan ketenarannya pada
saat itu banyak orang yang mengandalkan Guru Saman sebagai pembunuh
bayaran. Guru Saman tidak akan pernah segan-segan untuk membunuh
manusia, siapa saja termasuk yang tidak disukai atau dibenci Guru Saman.<br />
Hampir seluruh daerah Karo di datangi sembari menujukkan kehebatannya kepada orang-orang. <a href="http://www.gobatak.com/sibandang-island-north-sumatera/" title="sibandang island">Merek</a> dan <a href="http://www.gobatak.com/legenda-tuan-saribu-raja-dan-siboru-pareme/" title="legenda tuan saribu raja">Saribu Dolok</a> adalah kampung yang dilaluinya dari jalan-jalan hutan. Disinilah Guru Saman menunjukkan |<a href="http://www.gobatak.com/" title="batak">gobatak.com</a>|
kehebatannya dengan berbuat semena-mena terhadap orang-orang di
perkampungan dan pasar-pasar. Makan dan minum di warung-warung warga
tanpa membayar sepeserpun. Jika warga tidak menuruti segala
permintaannya, mereka akan menjadi korbannya.<br />
Kemudian dari dua perkampungan tersebut Guru Saman melanjutkan perjalannya menuju <a href="http://www.gobatak.com/huta-sipahutar-honas-na-tonggi/" title="honas sipahutar">Sipahutar</a> melewati <a href="http://www.gobatak.com/siborongborong-update-pasar-onan/" title="pasar onan siborong borong">SiborongBorong</a>
dan Garora. Kedua tempat persinggahan inipun tidak luput dari aksi
brutalnya. Minum tuak dan makan paganggang sesukanya, dia akan memaksa
orang perkampungan untuk menyediakan makanan meski sudah tidak ada lagi.
Jika tidak, dengan wajah sangar sembari menancapkan belati dengan
mengancam – darah pemilik warung tuakpun menjadi minumannya sebagai
pengganti tuak. Bukan hanya itu, harta dan uang warga juga dia rampok
untuk dia hamburkan diatas meja judi.<br />
<div class="wp-caption alignnone" id="attachment_3710" style="width: 444px;">
<a href="http://www.gobatak.com/wp-content/uploads/2011/10/guru-saman-dalam-lakon-opera-batak.jpg"><img alt="lakon opera batak" class="size-full wp-image-3710" height="336" src="http://www.gobatak.com/wp-content/uploads/2011/10/guru-saman-dalam-lakon-opera-batak.jpg" title="guru-saman-dalam-lakon-opera-batak" width="434" /></a><div class="wp-caption-text">
guru saman dalam opera batak</div>
</div>
<br />
Setelah beberapa waktu pergi ke <a href="http://www.gobatak.com/artis-cilik-batak-sian-sipahutar-pahae/" title="artis batak dari sipahutar">Sipahutar</a>,
daerah Tapanuli Utara, dia lakukan juga pembunuhan kepada seorang
pelayan gereja yang bernama Guru Martin, sekaligus dengan Klara, istri
yang sedang berbadan dua. Pembunuhan dilakukan atas desakan Hermanus,
kepala desa Sipahutar dan bekas murid <strong>Guru Saman</strong>.
Seminggu sebelumnya Hermanus sekeluarga sempat menyerang Guru Martin
saat pasca ibadah gereja. Hermanus merasa tersinggung karena uang
pembangunan gereja yang digunakan selama ini disinggung tiba-tiba dalam
pertemuan itu. Ketersinggungan itu akhirnya dibawa pulang ke rumah dan
menjadi motif kemarahan <strong>Guru Saman</strong> dan rencana pembunuhan tepat pada Sabtu malam.<br />
Pembunuhan sadis tersebut yang dilakukan oleh Guru Saman adalah akhir hidupnya. Setelah <a href="http://www.gobatak.com/kren-bah-tortor-anak-boru-ini/" title="tortor sipahutar">warga Sipahutar</a>
mengetahui siapa pembunuh Guru Martin, segera warga pelapor kepada
polisi di Tarutung. Guru Saman dan muridnya itu ditangkap dan diadili.
Namun pengadilan memutuskan <strong>Guru Saman</strong> harus dihukum gantung. Sebelum dihukum gantung sempat Guru Saman diberi kesempatan menyampaikan pesan terakhirnya.<br />
Inilah pesan Guru Saman kepada warga yang menyaksikan hukuman tersebut: “<em>Sejak
kecil semua permintaanku harus dipenuhi orangtuaku. Karena itulah aku
selalu meraja lela. Kuharapkan agar orangtua tidak lagi mendidik anaknya
seperti aku. Aku siap dihukum gantung dengan segala kesalahanku</em>.”<br />
Hukuman gantung itu berlangsung tanpa diketahui Hermanus serta
adik-adiknya karena mereka sudah lebih dulu dimasukkan ke dalam penjara
dengan masa hukuman yang berbeda-beda.<br />
Cerita sejarah Guru Saman sudah pernah diangkat dalam bentu drama dan <strong>opera</strong> oleh para seniman-seniman <strong>Batak</strong>.
Ada motivasi yang diambil dari cerita tersebut diatas yakni tentang
sikap orangtua kepada anak-anak agar tidak memancakan anak.<br />
<br />
<div style="text-align: justify;">
<h4>
<span style="font-size: xx-small;">Cerita ini ditulis oleh:Morianto pakpahan</span></h4>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<h4>
<span style="font-size: xx-small;">Facebook : <a href="http://yuki%2Ezhuyieng@facebook.com/"> morianzs</a></span></h4>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<h4>
<span style="font-size: xx-small;">Email :<a href="mailto:morianzsqyuzui12@yahoo.com">Morianzs</a></span></h4>
</div>
<br />Morianto Pakpahanhttp://www.blogger.com/profile/12673283337934657882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-52286647403233537.post-780081653476615322012-05-07T23:01:00.001-07:002012-05-07T23:01:53.209-07:00naga marsorang<a href="http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=52286647403233537" name="1937973242547266140"></a>
<br />
<h3 class="post-title entry-title">
<a href="http://togadebataraja.blogspot.com/2011/04/benda-bersejarah-bagi-masyarakat-batak.html">Naga Morsarang</a>
</h3>
<div class="postmeta-primary">
<span class="meta_date"></span><br />
</div>
<br />
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: medium;"><b>Naga Morsarang</b></span><br />
</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: x-small;"></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: x-small;"></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: x-small;"></span></div>
<table align="center" cellpadding="0" cellspacing="0" class="tr-caption-container" style="float: left; font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; margin-right: 1em; text-align: left;"><tbody>
<tr><td style="text-align: center;"><a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgncgoim8xpBtEt30FBWt6rxROngezG-UKkEKXJOd-o-Irj87pXWrPXEMiVwU_Ec81y71eIF4jDb7fBP8CNH2XyHNRWpA-l7jvpEnTKPRp4xV7eHwGuekms6WqLK9k0zDoP1l3ufjkVkS0/s1600/Clip.jpg" style="margin-left: auto; margin-right: auto;"><img border="0" height="205" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgncgoim8xpBtEt30FBWt6rxROngezG-UKkEKXJOd-o-Irj87pXWrPXEMiVwU_Ec81y71eIF4jDb7fBP8CNH2XyHNRWpA-l7jvpEnTKPRp4xV7eHwGuekms6WqLK9k0zDoP1l3ufjkVkS0/s320/Clip.jpg" width="320" /></a></td></tr>
<tr><td class="tr-caption" style="text-align: center;"><span style="font-size: xx-small;">L. 20 1 / 2 in (52,1 cm)<br />
Fred dan Rita Richman, 1987 (1987.453.1)</span></td></tr>
</tbody></table>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: x-small;"></span><span style="font-size: x-small;"></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: x-small;"></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: x-small;"><b><span style="font-size: medium;">S</span></b>alah
satu benda peninggalan nenek moyang Suku Batak Toba yang dianggap
keramat adalah Naga Morsarang. Benda ini terbuat dari tanduk kerbau dan
kayu.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Bagi masyarakat Batak Toba pada zaman dulu tokoh adat maupun agama adalah <b>Datu</b> (Dukun)</span><span style="font-size: x-small;">. <b>Datu </b>adalah
seorang laki-laki yang dianggap mempunyai keahlian dalam bidang agama
atau spiritual dan dianggap sebagai perantara manusia dengan dunia
supranatural. </span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: x-small;"> </span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: x-small;"></span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Dalam
pelaksanaan upacara-upacara ritual seperti peramalan atau penangkalan
wabah para Datu menggunakan benda-benda sebagai media pelaksanaan ritual
seperti perhiasan dan wadah-wadah tempat sesajen atau persembahan.
Salah satu wadah yang biasa dipakai adalah <span style="font-size: medium;"><b>Naga Morsarang</b></span>. </span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Naga
Morsarang dibuat dari tanduk kerbau dan kayu, Ujung tanduk diukir dalam
bentuk sosok manusia yang duduk. Ujung yang lebih luas terbuka
terhubung dengan sumbat kayu yang rumit yang menggambarkan seorang singa
(makhluk yang fantastis yang berfungsi sebagai pelindung supranatural)
dengan empat sosok manusia naik di punggungnya. Gambar manusia ini
mungkin mewakili ritual suksesi empu yang mendahului datu yang memiliki
wadah atau angka-angka dari tradisi lisan setempat.</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"></span><br />
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
<div style="text-align: justify;">
<br /></div>
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
<span style="font-size: x-small;">horas.....</span></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif;">
</div>
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: medium;"></span></span>Morianto Pakpahanhttp://www.blogger.com/profile/12673283337934657882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-52286647403233537.post-1941930000859835972012-05-07T23:00:00.003-07:002012-05-07T23:00:57.505-07:00cerita pasaribu<div class="newspic">
<div class="news">
<br /></div>
</div>
<a href="" name="5958127105442983448"></a>
<div class="postmeta-primary">
<h3 style="text-align: center;">
<span class="meta_date"></span><span class="meta_comments"><b>Dinasti Pasaribu (Hatorusan)</b></span></h3>
<h4>
<span class="meta_comments"></span></h4>
</div>
<br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Dinasti
ini didirikan oleh Raja Uti putra Tateabulan. Bila Dinasti
Sorimangaraja berakhir di tanah Batak bagian selatan (Tapanuli Selatan),
maka Dinati Hatorusan ini berakhir di Barus, atau tanah Batak bagian
barat.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Ibukotanya
sendiri berada di kota-kota pesisir. Di antaranya Singkel, Fansul dan
Barus. Raja Uti yang mendirikan kerajaannya di wilayah Limbong Sagala
memerintahkan pemindahan kekuasaan ke wilayah fansur.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sejarah
regenerasi Raja Uti, mulai dari 1000 tahunan sebelum masehi sampai
salah satu keturunanya yang bergelar Raja Uti VII di tahun 1500-an,
tidak terdokumentasi dalam penanggalan yang jelas. Namun secara umum,
dia memiliki beberapa keturunan, yang sempat diketahui namanya. Namun
mungkin saja antara satu nama dengan nama yang lain berjarak puluhan
sampai ratusan tahun. Karena kerajaan Hatorusan selalu hilang dan mucul
kembali sesuai dengan percaturan politik.</span><br />
<ol>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Datu Pejel gelar Raja Uti II</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Ratu Pejel III</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Borsak Maruhum</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Raja Uti V bergelar Datu Alung Aji</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Raja Uti VI yang bernama Longgam Parmunsaki.</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Raja Uti VII bernama Datu Mambang Di Atas.</span></li>
</ol>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Selama
pemerintahan Raja Uti VII, abad ke-16, pemerintahan kerajaan mulai
goyah. Ekspansi kerajaan telah meluas sampai ke beberapa wilayah di
Aceh. Raja Uti VII diceritakan memindahkan ibu kota kerajaan ke
wilayahnya di bagian utara yang sekarang masuk kedalam pesisir Aceh.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Tidak
diketahui secara pasti alasan pemindahan ibukota kerajaan. Namun diduga
bahwa, telah ada sebuah gerakan oposisi yang bermaksud untuk mengkudeta
Raja. Kekuatan pemberontak tersebut berasal dari pedalaman Batak.
Kerajaan memang sudah mengalami kegoncangan setelah sebelumnya
bebeberapa kerajaan kecil yang menjadi subordinat telah memilih
memisahkan diri.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sang
Raja VII mempunyai beberapa panglima di antaranya seorang panglima yang
sangat tangguh yang juga kebetulan adalah kemenakannya sendiri. Putra
dari seorang saudari perempuannya, Boru Pasaribu. Dia bernama Mahkuta
alias Mahkota yang dikenal di kalangan Batak dengan sebutan Manghuntal
putra seorang datu bermarga Sinambela dari pusat Batak. Dia dididik di
istana kerajaan dan menjadi Panglima yang menguasai matra Angkatan Darat
dan Laut.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Ketika
Portugis pertama sekali menyerang daerah tersebut, Panglima Mahkuta
memimpin bala tentaranya dan memenangkan peperangan tersebut. Selain
mendapat serangan dari pihak luar, kerajaan juga mendapat pemberontakan
di dalam negeri.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Mahkuta
kemudian diperintahkan untuk menumpas pemberontakan di sentral Batak
tersebut. Dalam usahanya menumpas pemberontak, di ibukota kerajaan
terjadi kudeta dan perebutan kekuasaan. Kerajaan terpecah dalam
kerajaan-kerajaan kecil. Mahkuta alias Manghuntal mendirikan Dinasti
Sinambela (Sisingamangaraja) di Bakkara.</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sementara
itu, komunitas Pasaribu di Barus, para keturunanan Raja Uti, meneruskan
hegemoni Dinasti Pasaribu dengan naiknya Sultan Ibrahimsyah Pasaribu
menjadi Sultan di Barus Hilir. Ada pendapat sejarah yang mengatakan
bahwa Sultan Ibrahimsyah Pasaribu adalah orang yang memberi kekuasaan
kepada Manghuntal, Mahkuta, untuk mendirikan kerajaannya di Bakkara.
Dengan demikian dialah yang bergelar Raja Uti VII tersebut (?).</span><br />
<br />
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Selain nama-nama di atas, berikut adalah nama-nama Dinasti Hatorusan berikutnya:</span><br />
<ol>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sultan Ibrahimsyah Pasaribu (Gelar Raja Hatorusan). Wafat 1610 Masehi.</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sultan Yusuf Pasaribu</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sultan Adil Pasaribu</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Tuanku Sultan Pasaribu</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sultan Raja Kecil Pasaribu</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sultan Emas Pasaribu</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sultan Kesyari Pasaribu</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sultan Main Alam Pasaribu</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sultan Perhimpunan Pasaribu</span></li>
<li><span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;">Sultan
Marah Laut bin Sultan Main Alam Pasaribu pada tahun 1289 rabiul akhir
atau pada tanggl 17 Juni 1872 menuliskan kembali Sejarah Tuanku Badan
(Tambo Barus Hilir) yang menceritakan silsilah kerajaan Hatorusan di
Barus, dari sebuah naskah tua peninggalan leluhurnya yang hampir lapuk. </span><div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<h4>
<span style="font-size: xx-small;">Cerita ini ditulis oleh:Morianto pakpahan</span></h4>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<h4>
<span style="font-size: xx-small;">Facebook : <a href="http://yuki%2Ezhuyieng@facebook.com/"> morianzs</a></span></h4>
</div>
<div style="text-align: justify;">
<h4>
<span style="font-size: xx-small;">Email :<a href="mailto:morianzsqyuzui12@yahoo.com">Morianzs</a></span></h4>
</div>
<h4>
<span style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; font-size: x-small;"> </span></h4>
</li>
</ol>
</div>Morianto Pakpahanhttp://www.blogger.com/profile/12673283337934657882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-52286647403233537.post-6030023708677699402012-05-07T22:26:00.002-07:002012-05-07T22:26:31.264-07:00Tunggal Panaluan<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;"><br /></span>
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBMUR0T13dm7LH39cQqOY14sFLZkHbgpMJZ_RBsRKrmaql3LKdo-2IhEb7t6rWBUJBN-cuDBBxvUJbvmGqWADP61_oqqG_EWxQPDIRMy5dsJEtgVfrj8YB0BDOb5SLFSDEJQ42YSAuMSg/s1600/Clip03.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhBMUR0T13dm7LH39cQqOY14sFLZkHbgpMJZ_RBsRKrmaql3LKdo-2IhEb7t6rWBUJBN-cuDBBxvUJbvmGqWADP61_oqqG_EWxQPDIRMy5dsJEtgVfrj8YB0BDOb5SLFSDEJQ42YSAuMSg/s200/Clip03.jpg" title="Gambar Tunggal Panaluan" width="118" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbX_aNNP2oAJOqkmfKOi-pViBMZrOVBXcnJ0v85KtLI9HyURz1Brfpf7SsU5K_oqgUWa8a_g1tJQLLeqjMBjkdozVFo7l1rQY_w0ZES_t_eoeE2_ecJ8emYCpkKNi_TU5YWwBAoWZmpGw/s1600/tunngalpanaluan.jpg" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><br />
</a><span style="font-size: x-small;"><b><span style="font-size: medium;">T</span>unggal Panaluan</b>
adalah sebuah benda berbentuk tongkat (tungkot) dengan ukuran panjang
kira-kira 170 cm, dan biasanya dimiliki oleh Datu bolon (dukun
besar).Tongkat Tunggal Panaluan ini salah satu seni dari suku Batak
yang sudah terkenal diseluruh dunia, yang diukir menurut kejadian
sebenarnya dari kayu tertentu yang juga memiliki kesaktian. Masyarakat
suku Batak meyakini bahwa benda ini memiliki kekuatan gaib, seperti
untuk meminta hujan, menahan hujan (manarang udan), menolak bala, wabah,
mengobati penyakit, mencari dan menangkap pencuri, membantu dalam
peperangan dll. <br />
<br />
Ada beberapa versi mengenai kisah terjadinya tongkat Tongkat Tunggal
Panaluan ini, tetapi pada intinya kisah-kisah tersebut hampir bersamaan
atau mirip. Berikut ini adalah kisah atau legenda asal mula Tungkot
Tunggal Panaluan tersebut.<br />
<br />
Dahulu kala di daerah Pangururan, Pulau Samosir tepatnya di Desa Sidogordogor tinggallah seorang laki-laki bernama <b>Guru Hatimbulan</b>. Beliau adalah seorang dukun yang bergelar ‘<b>Datu Arak ni Pane</b>‘. Istrinya bernama <b>Nan Sindak Panaluan</b>.
Mereka sudah cukup lama menikah tetapi belum juga di karuniai seorang
anakpun. Suatu ketika perempuan itu hamil setelah begitu lamanya mereka
menunggu, kehamilan tersebut membuat heran semua penduduk kampung itu
dan menganggap keadaan itu hal yang gaib (aneh), bersamaan pada saat itu
juga sedang terjadi masa kemarau dan paceklik, cuaca sangat panas dan
kering, saking teriknya tak tertahankan, permukaan tanah dan rawa-rawa
pun menjadi kerak dan keras.<br />
<br />
Melihat keadaan kemarau dan panas yg masih terjadi ini, membuat Raja
Bius (head of Malim community) menjadi risau, lalu ia pergi menjumpai
Guru Hatimbulan dan berkata kepadanya: ‘Mungkin ada baiknya kita mencari
sebabnya dan bertanya kepada Debata Mulajadi Nabolon, mengapa panas dan
kemarau ini masih terus berkepanjangan?’. Hal ini sangat jarang terjadi
sebelumnya, lalu Guru Hatimbulan menjawab :”Semua ini mungkin saja
terjadi”. lalu Raja Bius mengatakan :” Semua orang kampung heran mengapa
istrimu begitu lama baru hamil, mereka berkata bahwa kehamilannya itu
sangat terlalu lama", karena percakapan itu maka timbullah pertengkaran
diantara mereka, tetapi tidak menyebabkan perkelahian.<br />
<br />
Di lain waktu tiba saatnya istri Guru Hatimbulan melahirkan, perempuan
itu melahirkan anak kembar, seorang anak laki-laki dan perempuan,
seketika itu juga maka hujan pun turun dengan lebatnya, maka semua
tanam-tanaman dan pepohonan nampak segar kembali dan keadaan menjadi
hijau lagi. Untuk merayakan itu semua, lalu Guru Hatimbulan memotong
seekor lembu serta untuk mendamaikan kekuasaan jahat. Ia juga mengundang
semua penatua-penatua dan kepala-kepala kampung dalam perjamuan itu,
dimana nama anak-anak itu akan di umumkan putranya diberi nama <b>Si Aji Donda Hatahutan</b> dan putrinya itu di beri nama <b>Si Boru Tapi Nauasan</b>.<br />
<br />
Setelah usai pesta tersebut, ada beberapa tamu yang telah menasehatkan
Guru Hatimbulan supaya anak-anak itu jangan kiranya di asuh
bersama-sama, yang satu kiranya di bawa ke barat dan yang satu lagi di
bawa ke timur, sebab anak itu lahir kembar, dan juga berlainan jenis
kelamin, hal ini sangat tidak menguntungkan menurut kata orangtua dulu.<br />
<br />
Guru hatimbulan tidak memandang serta memperhatikan nasehat dari para
penatua dan kepala kampung tersebu. Setelah sekian lama terbuktilah apa
yg dinasehat para penatua itu benar adanya. Dilain waktu, Guru
hatimbulan pergi ke Pusuk buhit dan membuat sebuah gubuk disana, dan
membawa anak-anaknya kesana.<br />
<br />
Gubuk itu dijaga dengan seekor anjing dan setiap hari guru hatimbulan
membawakan makanan untuk anaknya tersebut. Setelah anak-anaknya
bertumbuh menjadi besar, pergilah putrinya jalan-jalan ke hutan lalu
dilihatnya sebuah pohon yaitu pohon piu-piu tanggulon(hau tada-tada),
pohon yang batangnya penuh dengan duri tetapi memiliki buah manis.
Melihat buah pohon itu, maka timbullah hasratnya untuk memakannya, dia
mengambil beberapa buah itu dan memakannya. Pada saat itu juga dia
tertelan dan menjadi satu dengan pohon itu hanya kepalanya saja yg
terlihat (tersisa) . Di tempat lain abangnya Si Aji Donda Hatahutan
gelisah menunggu adiknya pulang, kenapa sampai sore kok belum pulang
juga adiknya, lalu dia pergi ke dalam hutan untuk mencarinya sambil
berteriak memanggil-manggil nama adiknya itu. Saat dia sudah merasa
letih, tiba-tiba dia mendengar jawaban dari adiknya dari pohon yg
berdekatan dengan dia, dan adiknya menceritakan apa yg terjadi.<br />
<br />
Si Aji Donda memanjat pohon itu, tetapi dia pun ikut ditelan dan menjadi
satu dengan pohon itu. Keduanya menangis untuk meminta tolong, tetapi
suara mereka hilang begitu saja di dalam gelapnya hutan. Keesokan
paginya, anjing mereka lewat dan meloncat-loncat pada pohon tersebut,
lalu anjing itupun mengalami hal yang sama, tertelan oleh pohon itu
hanya kepalanya saja yang terlihat.<br />
<br />
Seperti biasa si Guru hatimbulan datang ke gubuk anaknya untuk
membawakan mereka makanan, tapi dia tidak menemui mereka, lalu dia
mencari dan mengikuti jejak kaki anaknya ke dalam hutan, sampai pada
akhirnya dia menemui pohon tersebut dan dimana dia hanya melihat kepala
kedua orang anak itu dan anjing penjaganya.<br />
<br />
Melihat hal itu dia menjadi sedih. Dari info dan petunjuk yang dia cari
maka bertemulah dia dengan seorang datu yg bernama Datu Parmanuk Koling,
dia menceritakan kejadian itu dan mengajak datu itu ke pohon tersebut
untuk menolong anaknya, diiringi oleh banyak orang yg ingin melihat,
karena kejadian ini sudah tersebar ke berbagai pelosok dan pemusik pun
sudah dipanggil lalu si datu memulai ritualnya, si datu berdoa dan
membaca mantra untuk membujuk roh yg menawan anak si Guru hatimbulan,
setelah upacara selesai maka naiklah si Datu Parmanuk koling ke pohon
itu, tetapi hal yang sama juga terjadi, dia tertelan oleh pohon itu.<br />
<br />
Guru Hatimbulan dan para penonton kembali ke rumah mereka dengan hati
kecewa, tetapi mereka tidak putus asa , mereka tetap berusaha mencari
jalan keluarnya dengan mencari datu lain. Kemudian Guru hatimbulan
mendengar kabar ada datu yang hebat, namanya Marangin Bosi atau Datu
Mallantang Malitting. Orang itu pergi ke pohon tersebut, tetapi
mengalami nasib yang sama.<br />
<br />
Kemudian ada juga Datu Boru SiBaso Bolon, dia juga menjadi tawanan si
pohon itu. Hal yang sama juga terjadi kepada Datu Horbo Marpaung, Si Aji
Bahar(si Jolma so Begu) yang mana setengah manusia dan setengah iblis.
Dan seekor ular pun di telan pohon itu. Guru hatimbulan sudah kehabisan
akal,dan juga telah mengeluarkan begitu banyak uang untuk keperluan
pemusik(gondang) , pele-pelean, dan semua yg diminta para datu itu utk
roh yg ada di pohon tsb.<br />
<br />
Beberapa hari setelah itu, seorang datu, bernama Si Parpansa Ginjang
memberitahukan Guru hatimbulan bahwa dia dapat membebaskan kedua anaknya
dari tawanan pohon itu. Guru hatimbulan mempercayai omongan si datu
itu,dan menyediakan semua apa yang diminta oleh si datu. Si datu berkata
bahwa kita harus memberikan persembahan kepada semua roh, roh
tanah(spirit of land), roh air(water), roh kayu(wood) dan lainnya baru
kemudian bisa membebaskan kedua anak tsb.<br />
<br />
Guru hatimbulan mempersiapkan semua yg diperlukan oleh si datu utk
upacara tsb sesuai dgn arahan si datu. Kemudian mereka pergi menemui
pohon itu disertai oleh orang kampung sekitarnya. Setelah si datu
selesai memberikan mantra kepada senjata wasiatnya,lalu dia menebang
pohon itu tetapi semua kepala orang yangg ada di pohon jadi menghilang,
juga anjing dan ular yg tertelan pohon itu. Semua orang yg menyaksikan
seperti terperanjat, lalu si datu berkata kepada Guru hatimbulan:
'Potonglah pohon itu menjadi beberapa bagian dan ukirlah gambaran dari
orang-orang yg ditelan oleh pohon ini'. Guru hatimbulan memotong batang
pohon itu menjadi beberapa bagian dan mengukirnya menjadi sebuah tongkat
dengan bentuk 5 orang lelaki, 2 orang anaknya, seekor anjing dan seekor
ular.<br />
<br />
Setelah selesai mengukit tongkat tersebut menjadi 9 rupa, maka semua
orang kembali ke kampung guru hatimbulan, ketika mereka tiba di kampung
ditandai dengan bunyi gong, dan juga mengorbankan seekor lembu untuk
menghormati mereka yang di ukir dalam tongkat tersebut. Setelah guru
hatimbulan selesai manortor maka tongkat itu diletakkan membelakangi
muka lumbung padi. Setelah itu baru datu Parpansa Ginjang manortor
(menari), melalui tortor ini dia kesurupan (siar-siaron) dirasuki
roh-roh dari orang-orang yg pernah ditelan pohon itu dan mulai
berbicara satu-persatu, mereka adalah roh dari:<br />
<br />
1. Si Aji Donda Hatahutan.<br />
2. Siboru Tapi Nauasan.<br />
3. Datu Pulo Punjung nauli, atau si Melbus-elbus.<br />
4. Guru Manggantar porang.<br />
5. Si Sanggar Maolaol.<br />
6. Si Upar mangalele.<br />
7. Barita Songkar Pangururan.<br />
<span id="goog_946351999"></span><span id="goog_946352000"></span></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbX_aNNP2oAJOqkmfKOi-pViBMZrOVBXcnJ0v85KtLI9HyURz1Brfpf7SsU5K_oqgUWa8a_g1tJQLLeqjMBjkdozVFo7l1rQY_w0ZES_t_eoeE2_ecJ8emYCpkKNi_TU5YWwBAoWZmpGw/s1600/tunngalpanaluan.jpg" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhbX_aNNP2oAJOqkmfKOi-pViBMZrOVBXcnJ0v85KtLI9HyURz1Brfpf7SsU5K_oqgUWa8a_g1tJQLLeqjMBjkdozVFo7l1rQY_w0ZES_t_eoeE2_ecJ8emYCpkKNi_TU5YWwBAoWZmpGw/s1600/tunngalpanaluan.jpg" title="Gambar Tunggal Panaluan" /></a></div>
<div style="font-family: "Trebuchet MS",sans-serif; text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Dan
mereka berkata, wahai bapak pemahat, kau telah membuat ukiran dari rupa
kami semua dan kami punya mata, tetapi tidak bisa melihat, kami punya
mulut tetapi tidak bisa bicara, kami punya telinga tapi tidak mendengar,
kami punya tangan tapi tidak bisa menggenggam.</span></div>
<span style="font-size: x-small;"><br />
Kami mengutuk kamu, wahai pemahat!. Si datu menjawab, jangan kutuk dia
tetapi kutuklah pisau ini tanpa pisau ini dia tidak dapat mengukir image
kalian. Tetapi si pisau berbalik membalas, jangan kutuk aku, tetapi
kutuklah si tukang besi. Kalau saja dia tidak menempa aku menjadi pisau,
aku tidak akan pernah menjadi pisau. Si tukang besi menjawab, jangan
kutuk aku tapi kutuklah Angin, tanpa angin aku tidak dapat menempa besi.
Angin menjawab, jangan kutuk kami tapi kutuklah si Guru hatimbulan.
ketika semua tertuju pada Guru hatimbulan, maka roh itu berkata melalui
si datu, ‘ aku mengutukmu, ayah dan juga kamu Ibu, yaitu yang melahirkan
aku’. Ketika Guru hatimbulan mendengar itu, dia menjawab balik’ jangan
kutuk aku tetapi kutuklah dirimu sendiri. Kau yang jatuh ke dalam lubang
dan terbunuh oleh pisau dan kamu tidak mempunyai keturunan.<br />
<br />
Lalu Roh itu berkata ‘baiklah, biarlah begini adanya, ayah, dan
gunakanlah aku ‘ untuk: Menahan hujan, Memanggil hujan pada waktu musim
kering, Senjata di waktu perang, Mengobati penyakit, Menangkap pencuri,
dll. Setelah upacara itu, maka pulanglah mereka masing-masing. </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;">Cerita ini ditulis oleh:Morianto pakpahan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;">Facebook : <a href="http://yuki%2Ezhuyieng@facebook.com/"> morianzs</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: xx-small;">Email :<a href="mailto:morianzsqyuzui12@yahoo.com">Morianzs</a></span></div>Morianto Pakpahanhttp://www.blogger.com/profile/12673283337934657882noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-52286647403233537.post-74409326652072920842012-05-07T22:21:00.003-07:002012-05-07T22:21:55.448-07:00Sisingamangaraja<br />
<div style="text-align: justify;">
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ7wGSQgFkZ5GX4dzn3nVIqYIfWwgDQXqBSMlqxyaq7yU4wKlqDzm_Vs23GzsEvGh6YYfidLsdD4tszLXXwde2dw2Iwh0cUbeuVYr-sKIXRdPGlexq33KjlkBT0tO_EwDGq1sEI5HOQq0/s1600/sisingamangaraja-xii.jpg" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiJ7wGSQgFkZ5GX4dzn3nVIqYIfWwgDQXqBSMlqxyaq7yU4wKlqDzm_Vs23GzsEvGh6YYfidLsdD4tszLXXwde2dw2Iwh0cUbeuVYr-sKIXRdPGlexq33KjlkBT0tO_EwDGq1sEI5HOQq0/s1600/sisingamangaraja-xii.jpg" title="Raja Sisingamangaraja XII" /></a></div>
<span style="font-size: x-small;"><b><span style="font-size: medium;"> Raja Si Singamangaraja I : Raja Manghuntal</span></b><br />
<br />
Raja Si Singamangaraja I adalah anak dari <b>Raja Bonanionan Sinambela</b>, yaitu putra ke tiga atau bungsu. Raja Bonanionan menikah dengan <b>boru Pasaribu</b>. Walaupun mereka sudah lama menikah, tetapi mereka belum mempunyai turunan. Karena itu boru Pasaribu pergi ke <b>“Tombak Sulu-sulu”</b> untuk <b>"marpangir"</b>(keramas dengan jeruk purut). Setiap kali selesai marpangir, boru Pasaribu berdoa kepada <b>“Ompunta”</b>
yang di atas, mohon belas kasihan agar dikaruniai keturunan. Pada suatu
hari , datanglah cahaya terbang ke Tombak Sulu-sulu dan hinggap di
tempat ketinggian yang dihormati di tempat itu. Yang datang itu
memperkenalkan diri, rupanya seperti kilat bercahaya-cahaya dan yang
datang itu adalah Ompunta Batara Guru Doli. Ompunta Tuan Batara Guru
Doli berkata bahwa boru Pasaribu akan melahirkan anak. Katanya: <i>“Percayalah bahwa engkau akan melahirkan seorang anak dan beri namanya Singamangaraja”</i>. Kalau anakmu itu sudah dewasa, suruh dia mengambil tanda-tanda kerajaan dari Raja Uti, berupa:<br />
<br />
1. Piso gaja Dompak<br />
2. Pungga Haomasan<br />
3. Lage Haomasan<br />
4. Hujur Siringis<br />
5. Podang Halasan<br />
6. Tabu-tabu Sitarapullang<br />
<br />
Tidak lama kemudian boru Pasaribupun mulai mengandung. Setelah
mengandung selama 19 bulan boru Pasaribu melahirkan seorang putera. Sang
Putra ini lahir dengan gigi yang telah tumbuh dan lidah yang berbulu.
Semasa remajanya Singamangaraja banyak berbuat atau bertingkah yang
ganjil terutama pada orang yang tidak pemaaf, yang ingkar janji,
melupakan kawan sekampung yang lemah, membebaskan mereka yang tarbeang
kalah berjudi. Si Singamangarajapun pernah menunjukkan keheranan
orang-orang yang berpesta dimana gondangnya tidak berbunyi dan tanaman
padi dan jagung akarnya berbalik keatas mengikuti Si Singamangaraja saat
jungkir balik dihariara parjuragatan. Hal ini terjadi karena mereka itu
melupakannya.<br />
<br />
Setelah Singamangaraja dewasa maka ibunya boru Pasaribu menyampaikan
pesan dari Ompunta Batara Guru Doli bahwa Singamangaraja harus mengambil
tanda-tanda kerajaan dari Raja Uti. Dia tidak tahu di mana kampung
keramat Raja Uti demikian juga ibunya. Dia berangkat dengan berbekal doa
yang menunjukkan dan menuntun langkahnya ke tempat keramat tersebut.<br />
<br />
Dalam perjalanan banyak hambatan demikian juga setiba di keramat kampung
Raja Uti yang ternyata ada di daerah Barus. Di sana juga dia dicoba
tetapi semua bisa diatasi dengan baik. Sisingamangaraja bertemu dengan
Raja Uti dan mereka makan bersama dan katanya: <i>“Sudah benar ini adalah Raja dari orang Batak”</i>.
Setelah selesai makan merekapun menanyakan silsilah (martarombo) dan Si
Singamangarajapun menyampaikan maksudnya dan disamping itu
Sisingamangaraja meminta beberapa ekor gajah. Atas maksud Si
Singamangaraja itu, Raja uti mengatakan akan memberikannya seperti pesan
yang disampaikan Ompunta itu dengan syarat Si Singamangaraja harus
dapat menyerahkan daun lalang selebar daun pisang, burung puyuh berekor
dan tali yang terbuat dari pasir. Syarat-syarat yang diminta Raja Uti
untuk mendapat tanda-tanda harajaon itu dapat dipenuhi semua oleh
Singamangaraja. Sedang mengenai permintaan akan gajah itu, Raja Uti
memberikannya asal Si Singamangaraja bisa menangkap sendiri. Si
Singamangarajapun memanggil gajah itu maka heranlah Raja Uti melihatnya.
Dan setelah itu dibawanya tanda-tanda harajaon itu pulang ke Bakara
termasuk gajah itu. Dengan tanda-tanda harajaon itu, jadilah dia menjadi
Raja Singamangaraja, singa mangalompoi, Singa naso halompoan.<br />
<br />
Raja Sisingamangaraja I sampai Raja Si Singamangaraja IX tidak diketahui
kapan wafatnya dan dimana makamnya. Raja-raja ini setelah mempunyai
keturunan dan merasa sudah ada penggantinya pergi merantau dan Piso Gaja
Dompak tidak dibawanya. Mereka dipastikan telah wafat adalah melalui
tanda-tanda alam yaitu ada cabang dari Hariara Namarmutiha yang patah.
Kalau ada cabang Hariara ini yang patah berarti ada anggota keluarga
yang meninggal dan kalau cabang utama yang patah berarti Raja Si
Singamangaraja telah tiada. Hariara Namarmutiha ini dikenal juga sebagai
Hariara Tanda dan sampai sekarang masih tumbuh di Bakara.<br />
<br />
Biasanya keadaan ini diikuti dengan cuaca musim kemarau, sehingga
masyarakat mengharapkan turunnya hujan melalui tonggo-tonggo Raja
Sisingamangaraja. Si Onom Ompu (Bakara, Sinambela, Sihite, Simanullang,
Marbun dan <a href="http://togadebataraja.blogspot.com/" style="color: blue;">Simamora</a><span style="color: blue;">)</span> dari Bakara mempersiapkan upacara margondang lalu meminta kesediaan putera Raja Si Singamangaraja untuk mereka gondangi.<br />
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Dengan
memakai pakaian ulos batak Jogia Sopipot dan mengangkat pinggan pasu
berisi beras sakti beralaskan ulos Sande Huliman sebagai syarat-syarat
martonggo, putera raja inipun dipersilahkan memulai acara. Iapun meminta
gondang dan menyampaikan tonggo-tonggo (berdoa) kepada Ompunta yang di
atas untuk meminta turunnya hujan, kemudian manortorlah putera raja ini.
Pada saat manortor itu langitpun mendung dan akhirnya turun hujan lebat
dan masyarakat Si Onom Ompupun menyambutnya dengan kata HORAS HORAS
HORAS. Kemudian piso Gaja Dompak pun diserahkan kepadanya dan
dicabut/dihunusnya dengan sempurna dari sarangnya serta diangkatnya ke
atas sambil manortor. Siapa di antara putera raja itu yang bisa
melakukan hal-hal di atas dialah yang menjadi Raja Si Singamangaraja
yang berikutnya, jadi tidak harus putera tertua.<br />
</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Secara berturut-turut yang menjadi Raja Si Singamangaraja berikutnya dan perkiraan tahun pemerintahannya adalah Sebagai berikut:<br />
Ø Singamangaraja II, <b>Ompu Raja Tinaruan</b><br />
Ø Singamangaraja III, <b>Raja Itubungna</b><br />
Ø Singamangaraja IV, <b>Tuan Sorimangaraja</b><br />
Ø Singamangaraja V, <b>Raja Pallongos</b><br />
Ø Singamangaraja VI, <b>Raja Pangolbuk</b><br />
Ø Singamangaraja VII, <b>Ompu Tuan Lumbut</b><br />
Ø Singamangaraja VIII, <b>Ompu Sotaronggal</b><br />
Ø Singamangaraja IX, <b>Ompu Sohalompoan</b><br />
Ø Singamangaraja X, <b>Ompu Tuan Na Bolon</b><br />
Ø Singamangaraja XI, <b>Ompu Sohahuaon</b><br />
Ø Singamangaraja XII, <b>Patuan Bosar</b>, gelar <b>Ompu Pulo Batu</b><br />
<br />
<span style="font-size: medium;"><b> </b></span></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><span style="font-size: medium;"><b>Raja Si Singamangaraja X : Ompu Tuan Nabolon</b></span><br />
<br />
Raja Si Singamangaraja X Ompu Tuan Nabolon mangkat karena dipenggal oleh
Si Pokki Nangolngolan atau Tuanku Rao, yang dengan akal liciknya
mengundang Raja Si Singamangaraja X untuk datang ke Butar. Pada
pertemuan di Butar itulah si Pokki memenggal leher Raja Sisingamangaraja
X. Kepala Raja ini terbang menghilang, terbang ke pangkuan ibundanya
boru Situmorang. Oleh ibunya, secara diam-diam dikuburkannya di dalam
batu besar yang ada di Lumban Raja, karena sebelumnya ia sudah
berfirasat akan kejadian yang akan menimpa anaknya.<br />
<br />
Adapun badan Raja Si Singamangaraja X yang terkapar di bukit parhorboan,
tertimbun tanah karena tiba-tiba bukit itu runtuh. Raja si Onom Ompu
dengan pengikut-pengikut yang mendampingi Raja Si Singamangaraja X pun
melawan dan sebagian teman si Pokki itu mangkat. Tetapi karena pasukan
si Pokki yang tadinya bersembunyi datang membantu si Pokki dan si Pokki
menjadi lebih kuat, melarikan dirilah mereka ke Gunung Imun. Si Pokki
terus menyerang Bakara dan banyak yang ditewaskannya baik yang dewasa
maupun anak kecil.<br />
<br />
Menurut pengakuan Pokki Nangolngolan (Tuanku Rao), dia adalah anak dari
saudara perempuan Raja Sisingamangaraja X yang pergi ke Bonjol. Pokki
Nangolngolan mengatakan bahwa dia sudah rindu pada tulangnya dan dia
akan memberinya makan (manulangi) dan akan memberikan piso-piso (uang)
sebagai persembahan. Karena kata-kata manis dari si Pokki inilah maka
Raja Sisingamangaraja X pergi ke butar. Walaupun pada awalnya Ia
mengatakan kenapa si Pokki tidak mendatanginya ke Bakara.<br />
Karena tidak mendapatkan jenazah Raja Si Singamangaraja X, Tuanku Rao
melanjutkan penyerangan ke Bakara. Banyak penduduk yang dibunuh.
Pasukannya membumihanguskan seluruh daerah yang dilaluinya dari Butar ke
Bakara termasuk istana Lumban Pande di Bakara.<br />
<br />
Isteri Raja Si Singamangaraja X yang pertama yaitu boru Situmorang
dengan 2 orang anaknya yang masih kecil melarikan diri ke Lintong Harian
Boho ke kampung orangtuanya Situmorang. Sedang isterinya yang kedua
bermarga boru Nainggolan beserta anaknya Raja Mangalambung diculik si
Pokki bersama anak-anak yang lain yang diduganya sebagai anak Raja Si
Singamangaraja X. Mereka dibawa ke arah tenggara dalam perjalanan
kembali ke Bonjol. Dalam perjalanannya di daerah Tapanuli Selatan sedang
terjadi wabah penyakit menular (begu antuk) yang juga
mengenai/menyerang pasukan Tuanku Rao sehingga kacau balau. Tawanannya
tercecer di Tapanuli Selatan. Sebagian dari yang tercecer ini membuat
perkampungan di daerah di Tapanuli Selatan ini.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br />
<span style="font-size: medium;"><b>Raja Si Singamangaraja XI : Ompu Sohahuaon</b></span><br />
<br />
Belum lagi selesai penderitaan akibat serangan si Pokki terjadi pula
musim kemarau yang berkepanjangan. Masyarakat Si Onom Ompu bersepakat
menyampaikan hal ini kepada boru Situmorang dan memintanya kembali ke
Bakara. Setelah boru Situmorang membawa kedua anaknya kembali,
masyarakatpun meminta agar Ompu Sohahuaon mereka gondangi untuk turunnya
hujan.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br />
Acara margondangpun dipersiapkan dengan baik dan Ompu Sohahuaon yang
masih kecil tampil dengan berpakaian ulos Batak. Boru Situmorang dan
masyarakat si Onom Ompu kaget dan kagum, karena Ompu Sohahuaon yang
masih kecil itu mampu meminta gondang dan mengucapkan tonggo-tonggo
untuk turunya hujan. Merekapun mengelu-elukan dengan manortor. Haripun
menjadi gelap karena mendung dan hujanpun turun dengan lebat. Ompu
Sohahuaon terus manortor sampai berakhir gondang yang dipintanya.
Kemudian diserahkan Piso Gaja Dompak kepadanya dan manortor kembali
sambil menghunus Piso Gaja Dompak dengan sempurna dan disarungkan
kembali. Ompu Sohahuaon dinobatkan menjadi Raja Si Singamangaraja XI
dalam usia 10 tahun.<br />
</span><br />
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Pada masa pemerintahan Raja Si Singamangaraja XI disusunlah <b>“Pustaha Harajaon (pustaka kerajaan)</b>”
yang ditulis dengan dawat/tinta cina diatas kertas Watermark ukuran
folio buatan Itali dalam tulisan dan bahasa Batak. Pustaka ini dibuat
atas bimbingan dari Ompu Sohahuaon sendiri. Pustaha harajaon ini terdiri
atas 24 jilid, setiap jilidnya tebalnya sekitar 5 Cm yang isinya secara
singkat dapat diuraikan sebagai berikut :</span></div>
<ul>
<li><span style="font-size: x-small;">Jilid 1 s/d 3: <b>Pemerintahan Tuan Sorimangaraja selama 90 turunan mulai dari Putri Tapi Donda Nauasan</b>.</span></li>
<li>Jilid 4 s/d 7: <b>Pemerintahan kerajaan Singamangaraja I s/d IX</b>.</li>
<li>Jilid 8: <b>Perihal Pedang Padri Tuanku Rao terhadap Tuan Nabolon Sisingamangaraja X</b>.</li>
<li>Jilid 9: <b>Perihal Pongkinangolngolan dan Datu Aman Tagor Simanullang</b>.</li>
<li>Jilid 11 s/d 12: <b>Perihal Pendeta Pilgram, pembunuhan atas diri Pendeta Lyman dan Munson oleh Raja Panggalamei</b>.</li>
<li>Jilid 13-16: <b>Periode pembangunan kembali ibu kota kerajaan Bakara dan daerah-daerah Toba tahun 1835-1845 atas pembumi hangusan perang bonjol</b>.</li>
<li>Jilid 17: <b>Perihal Dr. Junghun, van der Tuuk yang datang menjumpai Sisingamangaraja XI dan perihal photonya</b>.</li>
<li>Jilid 18 s/d 24: <b>Penobatan Ompu Sohahuaon menjadi
Sisingamangaraja XI, pemerintahannya sampai tahun 1886 dan perihal
penyakit menular yang dahsyat di tanah Batak</b>.</li>
</ul>
<span style="font-size: x-small;"><br />
Pada tahun 1884 Pustaha Harajaon ini ditemukan dari tumpukan rumah
kerajaan yang dibakar oleh tentera Belanda. Dibawa ke Holland oleh
Pendeta Pilgrams dan sekarang ada di Museum Perpustakaan Pemerintah
Belanda di Leiden Holland. Pustaha Harajaon tidak diteruskan
penulisannya oleh Sisingamangaraja XII sebab tidak ada kesempatan,
karena semenjak awal pemerintahannya, Koloni Belanda telah melancarkan
agresinya di tanah Batak dan sekitarnya, sehingga Ompu Pulobatu
berperang selama 30 tahun sampai tewasnya dalam usia 59 tahun pada 17
juni 1907.<br />
<br />
Raja Si Singamangaraja XI Ompu Sohahuaon menikah dengan boru Aritonang
sebagai isteri pertama yang melahirkan Raja Parlopuk . Isteri kedua
adalah boru Situmorang yang melahirkan Patuan Bosar gelar Ompu Pulo
Batu. Beda umur Raja Parlopuk dengan Patuan Bosar sangat jauh, ada
sekitar 15 tahun.<br />
Ketika Ompu Sohahuaon jatuh sakit, maka jalan pemerintahan dilaksanakan
oleh Raja Parlopuk. Cukup lama Raja Parlopuk memegang tugas itu dan
dilaksanakannya dengan baik. Tahun 1866 Ompu Sohahuaoan meninggal di
Bakara dan dibangun makamnya oleh Raja Parlopuk dengan Si Onom Ompu di
Lumban Raja. Makam inilah yang pertama ada di Bakara karena
Sisingamangaraja I hingga IX tidak diketahui meninggal di mana. Waktu
Raja Si Singamangaraja XI meninggal, Patuan Bosar sedang merantau ke
Aceh.<br />
<br />
Makam ini dibongkar oleh Raja Si Singamangaraja XII karena Bakara
diserang Belanda. Tulang belulang Raja Si Singamangaraja XI dibawanya
ikut berjuang ke hutan, karena tidak ingin tengkorak orang-tuanya
diambil oleh Belanda. Semasa perjuangan tulang-belulang ini di titipkan
di huta Janji Dolok Sanggul lalu dipindahkan lagi ke Huta Paung. Setelah
zaman kemerdekaan, kembali di pindahkan di rumah Soposurung.<br />
<br />
Kira-kira 105 tahun kemudian, makam ini dibangun kembali oleh keluarga
Raja Sisingamangaraja dan pada tahun 1975 tulang belulang Raja
Sisingamangaraja XI dan istrerinya dimakamkan kembali ke makam semula di
Bakara. Raja Parlopuk terus melaksanakan pemerintahan Singamangaraja
hingga tahun 1871, yaitu setelah dinobatkannya Patuan Bosar sebagai Raja
Sisingamangaraja XII.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br />
<span style="font-size: medium;"><b>Raja Si Singamangaraja XII : Patuan Bosar gelar Ompu Pulo Batu</b></span><br />
<br />
Walaupun Raja Si Singamangaraja XI telah meninggal, Si Onom Ompu tidak
merasa ada yang kurang dalam pemerintahan, karena Raja Parlopuk bekerja
dengan cukup baik. Tetapi ketika musim kemarau datang dan membawa
penderitaan, mulailah si Onom Ompu berfikir untuk adanya acara
margondang. Raja Parlopukpun mereka persilahkan untuk mereka gondangi
agar dia martonggo memohon turun hujan. Tetapi hujan tidak turun-turun
juga.<br />
<br />
Mulanya Ompu Pulo Batu tidak bersedia mereka gondangi karena merasa
bahwa abangnya itu telah sebagai raja pengganti ayahnya. Akhirnya Ompu
Pulo Batu bersedia karena melihat penderitaan yang diderita masyarakat
Si Onom Ompu. Setelah melaksanakan upacara seperti yang biasa dilakukan,
Ompu Pulobatu berhasil mendatangkan hujan. Ompu Pulo Batupun dinobatkan
menjadi Raja Si Singamangaraja XII pada tahun 1871.<br />
<br />
Ompu Pulo Batu lahir tahun 1848 dari ibunya boru Situmorang. Pada saat
pemuda, Ompu Pulo Batu merantau ke Aceh, disana bergaul dengan pedagang
dari Persia dan belajar banyak hal. Karena itu ketika perang melawan
Belanda, Raja Si Singamangaraja XII dibantu oleh pejuang-pejuang dari
Aceh, dan dalam cap/stempelnya dipakai Bahasa Arab dan Bahasa Batak.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"><br />
Pada tahun 1877 Raja Si Singamangaraja XII menyatakan perang kepada
Belanda. Kemudian dia menjalankan perang terhadap Belanda selama 3
dasawarsa.</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;"> </span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Cerita ini ditulis oleh:Morianto pakpahan</span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Facebook : <a href="http://yuki%2Ezhuyieng@facebook.com/"> morianzs</a></span></div>
<div style="text-align: justify;">
<span style="font-size: x-small;">Email :<a href="mailto:morianzsqyuzui12@yahoo.com">Morianzs</a></span></div>Morianto Pakpahanhttp://www.blogger.com/profile/12673283337934657882noreply@blogger.com0